Tugas
Kelompok
MAKALAH
KIMIA
KARAKTERISTIK
LIMBAH INDUSTRI KIMIAH
DAN
KLASIFIKASI
LIMBAH INDUSTRI
OLEH
KELOMPOK 8
AGUNG BUDI SATRIA : P3C1
14 004
KASMAN HIDAYAT : P3C1
14 024
MUHAMMAD
AKBAR : P3C1 14 048
PENDIDIKAN
DIII VOKASI TEKNIK MESIN
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2014
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah
menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang, “Karakteristik Dan Klasifikasi Limbah Industri
Kimia” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah
ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Karya ilmiah ini memuat tentang “Karakteristik Dan
Klasifikasi Limbah Industri Kimia” yang sangat berbahaya bagi linkungan dan
kesehatan seseorang. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga
memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti
tentang bagaimana cara kami menyusun makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan
dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penyusun
Kasman Hidayat
P3C1 14 024
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB
II PEMBAHASAN
1.
Pengertian Limbah
2.
Karakteristik limbah industri kimia
3.
Klasifikasikan limbah industri kimia
4.
Dampak Pengunaan pestisida rama lingkungan
5.
Dampak Limbah Industri
6.
Penanganan Limbah
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta
aktivitas lainnya maka bertambah pula buangan/limbah yang dihasilkan.
Limbah/buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat sering
disebut limbah domestik atau sampah. Limbah tersebut menjadi permasalahan
lingkungan karena kuantitas maupun tingkat bahayanya mengganggu kehidupan
makhluk hidup lainnya. Selain itu aktifitas industri yang kian meningkat tidak
terlepas dari isu lingkungan. Industri selain menghasilkan produk juga
menghasilkan limbah. Dan bila limbah industri ini dibuang langsung ke
lingkungan akan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan.
Limbah adalah buangan yang
dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah
tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam
yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik.
Kehadiran limbah dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah penanganan limbah ini tentunya tidak hanya
sekedar mengolahnya/ mendaur ulangnya langsung tanpa memperhatikan jenis limbah
dan cara penangannanya klarena dari setiap limbah yang ada mempunyai ciri
berbeda terhadap dampak yang ditimbulkanya.
B. Rumusan Masalah
1.
Menjelaskan pengertian Limbah
2.
Menjelaskan karakteristik limbah industri kimia
3.
Mengklasifikasikan limbah industri kimia
4.
Menjelaskan Dampak penggunaan pestisida
5.
Menjelaskan Dampak Limbah Industri
6.
Menjelaskan Penanganan Limbah
C. Tujuan
1.
Dapat membedakan berbagai jenis limbah
2.
Untuk mengetahui karakteristik limbah
3.
Untuk mengetahui klasifikasikan limbah
4.
Untuk mengetahui Dampak penggunaan pestisida
5.
Untuk mengetahui Dampak Limbah
6.
Untuk mengetahui penanganan limbah
D. Manfaat
1.
Dapat mengetahui pengertian limbah
2.
Dapat mengetahui karakteristik
3.
Dapat mengetahui klasifikasi limbah
4.
Dapat mengetahui Dampak penggunaan pestisida
5.
Dapat mengetahui dampak limbah
6.
Dapat mengetahui penanganan limbah
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Limbah
Limbah adalah buangan yang
dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah
tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam
yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik.
2. Karakteristik Limbah Industri Kimia
Limbah mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Berukuran mikro
Karekteristik
ini merupakan karakterisik pada besar kecilnya limbah/ volumenya. Contoh dari
limbah yang berukuran mikro atau kecil atau bahkan tidak bias terlihat adalah
limbah industri berupa bahan kimia yang tidak terpakai yang di buang tidak sesuai
dengan prosedur pembuangan yang dianjurkan.
b. Dinamis
pencemarannya
yang tidak dalam waktu singkat menyebar dan mengakibatkan pencermaran. Biasanya
limbah dalam menyerbar di perlukan waktu yang cukup lama dan tidak diketahui
dengan hanya melihat saja. Hal ini dikarenakan ukuran limbah yang tidak dapat
dilihat.
c.
Berdampak
luas (penyebarannya)
Luasnya
dampak yang di timbulkan oleh limbah ini merupakan efek dari karakteristik
limbah yang berukuran mikro yang tak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Contoh dari besarnya dampak yang ditimbulkan yaitu adanya istilah “Minamata
disease” atau keracunan raksa (Hg) di Jepang yang mengakibatkan nelayan-nelayan
mengidap paralis (hilangnya kemampuan untuk bergerak karena kerusakan pada
saraf). Kejadian ini terajadi di Teluk Minamata dan Sungai Jintsu karena
pencemaran oleh raksa (Hg).
d.
Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Dampak yang ditimbulkan limbah terutama limbah kimia
biasanya tidak sekedar berdampak pada orang yang terkena tetapi dapat
mengakibatkan turunannya mengalami hal serupa
3. Klasifkasi Limbah Industri Kimia
Limbah dapat
di klasifikasikan sebagai berikut
A.
Jika
didasarkan asalnya, limbah dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1.
Limbah Organik
Limbah ini
terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah
tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui
proses yang alami. Limbah pertanian berupa sisa tumpahan atau penyemprotan yang
berlebihan, misalnya dari pestisida dan herbisida, begitu pula dengan pemupukan
yang berlebihan. Limbah ini mempunyai sifat kimia yang setabil sehingga zat
tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan
selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya. Sedangkan limbah
rumah tangga dapat berupa padatan seperti kertas, plastik dan lain-lain, dan
berupa cairan seperti air cucian, minyak goreng bekasdan lain-lain. Limbah
tersebut ada yang mempunyai daya racun yang tinggi misalnya : sisa obat,
baterai bekas, dan air aki. Limbah tersebut tergolong (B3) yaitu bahan
berbahaya dan beracun, sedangkan limbah air cucian, limbah kamar mandi, dapat
mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis seperti bakteri, jamur,
virus dan sebagainya.
2. Limbah Anorganik
Limbah ini
terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan. Limbah anorganik berasal
dari sumber daya alamyang tidak dapat di uraikan dan tidak dapat diperbaharui.
Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan anorganik, zat-zat
tersebut adalah :
Ø Garam anorganik seperti magnesium sulfat, magnesium
klorida yang berasal dari kegiatan pertambangan dan industri.
Ø Asam anorganik seperti asam sulfat yang berasal
dari industri pengolahan biji logam dan
bahan bakar fosil.
Ø Adapula limbah anorganik yang
berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol plastik, botol kaca, tas
plastik, kaleng dan aluminium.
B.
Jika
berdasarkan sumbernya limbah dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Limbah Pabrik
Limbah ini
bisa dikategorikan sebagai limbah yang berbahaya karena limbah ini mempunyai
kadar gasyang beracun, pada umumnya limbah ini dibuang di sungai-sungai
disekitar tempat tinggal masyarakat dan tidak jarang warga masyarakat
mempergunakan sungai untuk kegiatan sehari-hari, misalnya MCK (Mandi, Cuci,
Kakus) dan secara langsung gas yang dihasilkan oleh limbah pabrik tersebut
dikonsumsi dan dipakai oleh masyarakat.
2. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah
tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga limbah ini bisa
berupa sisa-sisa sayuran seperti wortel, kol, bayam, slada dan lain-lain bisa
juga berupa kertas, kardus atau karton. Limbah ini juga memiliki daya racun
tinggi jika berasal dari sisa obat dan aki.
3. Limbah Industri
Limbah ini
dihasilkan atau berasal dari hasil produksi oleh pabrik atau perusahaan tertentu.
Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya asam anorganik dan senyawa
orgaik, zat-zat tersebut jika masuk ke perairan maka akan menimbulkan
pencemaran yang dapat membahayakan makluk hidup pengguna air tersebut misalnya,
ikan, bebek dan makluk hidup lainnya termasuk juga manusia
C.
Jika didasarkan Wujudnya, limbah di kelompokkan
sebagai berikut:
1)
Limbah Cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang
berwujud cair (PP 82 thn 2001). Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan
berdasarkan pada :
Ø Sifat Fisika
dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah dapat
diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik
Ø Parameter
Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA
Ø Anorganik
non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofenol
Ø Organik
Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)
Ø Mikroorganisme
contohnya E Coli dengan metoda MPN
Ø Sifat Khusus
contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik
Ø Air Laut
contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA
2)
Limbah padat
Limbah padat
berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya
berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan,
perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis
limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal,
gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll
3)
Limbah gas
dan partikel
Polusi udara
adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang mengandung
partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon
(asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.
4)
Limbah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun)
Suatu limbah
digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang
sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak
atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang
termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun
yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses,
dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus.
Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih
karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji
dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
D.
Berdasarkan polimer penyusun mudah dan tidak
terdegradasinya menurut Nusa Idaman Said, 2011, limbah dibagi menjadi dua
golongan besar:
1) Limbah yang
dapat mengalami perubahan secara alami (degradable waste = mudah terurai),
yaitu limbah yang dapat mengalami dekomposisi oleh bakteri dan jamur, seperti
daun-daun, sisa makanan, kotoran, dan lain-lain.
2) Limbah yang
tidak atau sangat lambat mengalami perubahan secara alami (nondegradable waste
= tidak mudah terurai), misanya plastic, kaca, kaleng, dan sampah sejenisnya.
E.
Berdasarkan sifatnya menurut A. K. Haghi, 2011, limbah
terdiri atas enam jenis, yaitu:
1) Limbah mudah
meledak, limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui proses kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu tekanan tinggi serta dapat merusak lingkungan.
2) Limbah mudah
terbakar, bahan limbah yang mudah terbakar adalah limbah yang mengandung bahan
yang menghasilkan gesekan atau percikan api jika berdekatan dengan api.
3) Limbah
reaktif, limbah reaktif adalah limbah yang memiliki sifat mudah bereaksi dengan
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi dan
dapat menyebabkan kebakaran.
4) Limbah beracun,
limbah beracun atau limbah B3 adalah limbah yang mengandung racun berbahaya
bagi manusia dan lingkungan. Limbah ini mengakibatkan kematian jika masuk ke
dalam laut.
5) Limbah
korosif adalah limbah yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan dapat membuat
logam berkarat.
4. Dampak Pengunaan pestisida rama lingkungan
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia
beracun yang digunakan untuk mengendalikan jasad penganggu yang merugikan
kepentingan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup
lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang
kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam
melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun
tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor
yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan
dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan
dari ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam
berdarah, penyakit kaki gajah, tiphus dan lain-lain.
Dampak
Negatif Pestisida
1.
Dampak pestisida terhadap ekosistem sungai, ekosistem
kolam, ekosistem rawa/danau dan ekosistem perairan.
a. Dampak
pestisida terhadap ekosistem sungai dan kolam
Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum,
meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau,
pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Pestisida
juga dapat mengubah perilaku dan morfologi pada hewan. Selain itu dapat
meracuni dan membunuh biota laut seperti fitoplankton. Matinya fitoplankton
berpengaruh pada rantai makanan sehingga menyebabkan ekosistem air terganggu.
Selain itu juga dapat menyebabkan kematian pada ikan.
Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan
pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali
(eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang
seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi
berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot
lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri
menurun. Pencemaran air oleh pestisida dapat berdampak luas, misalnya dapat meracuni
sumber air minum, meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai,
danau dan dapat mempengaruhi kualitas air.
Yang
dimaksud bahan-bahan beracun disini adalah semua senyawa, unsure maupun ion-ion
yang secara langsung dalam jumlah tertentu dapat berakibat mematikan bagi
organisme hidup pada semua tingkatan tropik. Digolongkan dalam kelompok ini
adalah pestisida dan limbah industri. Pestisida dan limbah industri yang masuk
ke dalam ekosistem perairan akan mengalami biokonsentrasi, bioakumulasi dan
biomagnifikasi.
Sebagai
contoh adalah fitolpankton yang setiap hari menyerap ion-ion anorganik dari
perairan
laut (termasuk ion-ion logam berat). Kalau di dalam perairan terdapat 1 ppb Hg
maka dalam fitoplankton misalnya akan menjadi 5 ppb (biokonsentrasi).
Zooplankton memakan 10 fitoplankton maka zooplankton akan mengakumulasi 10 X 5
ppb = 50 ppb. Selama masa hidup zooplankton (± 60 hari) maka selama hidupnya
zooplankton akan 40 mengakumulasi Hg dalam tubuhnya sebesar 60 X 50 ppb = 3.000
ppb = 3 ppm. Hal ini berlaku bagi tingkatan tropik lebih tinggi termasuk ikan
kerang sampai dengan manusia. Artinya, organisme dengan tingkat tropik paling
tinggi merupakan organisme yang potensial beresiko mengakumulasi paling banyak.
Meningkatnya jumlah senyawa ataupun ion-ion toksik seiring dengan meningkatnya
tingkatan tripik disebut sebagaibiomagnifikasi (biological magnification).
Ada tiga
senyawa kimia (bahan aktif pestisida) yang potensial toksik bagi lingkungan.
Bahan aktif tersebut adalah organokhlorin, organofosfat dan karbamat. Ketiga
bahan aktif ini mewakili generasi pestisida dalam kurun waktu yang berbeda.
Organokhlorin merupakan bahan aktif dari pestisida yang beredar dengan nama
dagang DDT, Endrin, Dieldrin dll. Di alam senyawa ini memiliki waktu paruh yang
sangat lama (± 100 th), artinya dalam kurun waktu 100 tahun, di dalam
lingkungan senyawa ini akan meluruh setengahnya. Senyawa organokhlorin tidak
larut dalam air tetapi larut dalam lemak, akibatnya residu pestisida ini akan
terdeposit di dalam lemak jaringan tubuh organisme dan bersifat karsinogenik.
Penggunaan pestisida ini dalam rumah tangga maupun pertanian lambat laun
sebagian akan terdeposit dalam ekosistem perairan laut. Residu organokhlorin
akan terakumulasi di dalam jaringan lemak berbagai organism perairan seperti
plankton, kerang, ikan dan organisme perairan lainnya yang pada akhirnya sampai
pada manusia.
Organofosfat
merupakan bahan aktif pestisida yang diproduksi sebagai pengganti senyawa
organokhlorin. Organofosfat merupakan bahan aktif dengan waktu paruh dalam
lingkungan lebih pendek (beberapa hari sampai beberapa bulan), larut dalam air
dan bersifat sistemik. Pestisida ini diproduksi dengan nama dagang sangat
banyak antara lain adalah Diazinon, Malation, Monokrotofos, Dursban dll. Dalam
jumlah tertentu senyawa ini dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf
bahkan menyebabkan kematian. Sedangkan senyawa karbamat merupakan generasi
pestisida setelah organofosfat dan memiliki waktu tinggal di dalam lingkungan
lebih pendek (beberapa hari) dan larut di dalam air, sehingga efek jangka
panjang pestisida ini dalam rantai makanan ekosistem perairan tidak begitu
nyata.
b. Dampak
pestisida terhadap ekosistem rawa atau danau dan perairan
Pencemaran
pestisida yang diaplikasikan di sawah beririgasi sebahagian besar menyebar di
dalam air pengairan, dan terus ke sungai dan akhirnya ke laut. Memang di dalam
air terjadi pengenceran, sebahagian ada yang terurai dan sebahagian lagi
tetap persisten. Meskipun konsentrasi residu mengecil, tetapi masih tetap
mengandung resiko mencemarkan lingkungan. Sebagian besar pestisida yang jatuh
ke tanah yang dituju akan terbawa oleh aliran air irigasi.
Kegiatan
dalam bidang pertanian, secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan
kualitas perairan danau menjadi menurun. Hal ini disebabkan karena residu dari
penggunaan pupuk dan pestisida akan mengalir ke badan air danau. Residu
pestisida yang masuk ke perairan, proporsi utama adalah terserap pada partikel
tersuspensi dan partikel yang diam atau terpisah ke dalam substrat organik.
Residu
tersebut umumnya mempunyai sifat afinitas yang kuat terhadap komponen lipid dan
bahan organik yang hidup. Bahan aktif pestisida sukar dihilangkan setelah masuk
ke badan perairan, karena memiliki tingkat kestabilan yang cukup tinggi. Bahan
aktif tersebut tidak mudah larut dalam air, tetapi larut dalam lemak serta
menempel pada partikel-partikel halus. Akibatnya residu pestisida akan
terkumpul dan terakumulasi dalam perairan, sehingga menyebabkan perairan
menjadi tercemar dan merusak ekosistem di dalamnya.
Dampak
negatif dari penggunaan pestisida dalam bidang pertanian adalah berupa
timbulnya pencemaran terhadap lingkungan, baik lingkungan perairan, tanah dan
udara maupun mahluk hidup yang bukan sasaran. Pestisida masuk ke badan air
melalui banyak jalur, misalnya limpasan dari daerah pertanian, aliran dari
persawahan, buangan limbah domestik, limbah perkotaan dan industri. Dalam badan
air, proporsi utama pestisida adalah terserap pada partikel tersuspensi dan
partikel yang diam atau terpisah ke dalam subtrat organik. Pestisida
memperlihatkan afinitas yang kuat untuk komponen lipid dan bahan organik.
Jumlah pestisida yang tercakup tergantung pada karakteristik kimiawi dan
kelarutan pestisida serta karakteristik sedimen.
Pestisida
dalam air dan tanah mengalami degradasi baik secara fisik maupun biologis.
Jenis-jenis pestisida persisten praktis tidak mengalami degradasi dalam air dan
tanah, tetapi akan terakumulasi. Di dalam badan air pestisida dapat
mengakibatkan pemekatan biologis terutama pestisida yang persisten. Pada saat
pestisida memasuki suatu perairan, pestisida tersebut akan segera diserap oleh
plankton, hewan-hewan vertebrata akuatik, tanaman akuatik, ikan dan sebagian
mengendap di sedimen.
Kadar
pestisida yang tinggi dapat menimbulkan kematian organism akuatik secara
langsung (keracunan akut) yaitu kontak langsung atau melalui jasad lainnya
seperti plankton, perifiton dan bentos, sedangkan kadar rendah dalam badan air
kemungkinan besar menyebabkan kematian organisme dalam waktu yang lama yaitu
akibat akumulasi pestisida dalam organ tubuhnya. Pada umumnya pestisida
memperlihatkan sifat lebih toksik terhadap zooplankton dan bentos dengan
tingkat toksisitasnya bervariasi sangat luas, tergantung jenis pestisida dan
tingkat stadia komunitas yang bersangkutan.
2.
Dampak pestisida terhadap ekosistem lahan
sayuran horticultural dan ekosistem tanaman perkebunan perakaran dangkal
(kakao, kapas dan lada).
a. Dampak
pestisida terhadap ekosistem lahan sayuran horticultural
Secara tidak
sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut,
kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk
ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan
mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang menderita keracunan kronis,
ketahuan setelah selang waktu yang lama, setelah berbulan atau bertahun.
Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun
dapat bersifat karsiogenic (pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenic
(kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang), dan teratogenic (kelahiran
anak cacad dari ibu yang keracunan).
Selain
keracunan langsung, dampak negatif pestisida bisa mempengaruhi kesehatan
orang awam yang bukan petani, atau orang yang sama sekali tidak berhubungan
dengan pestisida. Kemungkinan ini bisa terjadi akibat sisa racun (residu)
pestisida yang ada didalam tanaman atau bagian tanaman yang
dikonsumsi manusia sebagai bahan makanan. Konsumen yang mengkonsumsi produk
tersebut, tanpa sadar telah kemasukan racun pestisida melalui hidangan makanan
yang dikonsumsi setiap hari. Apabila jenis pestisida mempunyai residu
terlalu tinggi pada tanaman, maka akan membahayakan manusia atau ternak yang
mengkonsumsi tanaman tersebut. Makin tinggi residu, makin berbahaya bagi
konsumen.
Dewasa ini,
residu pestisida di dalam makanan dan lingkungan semakin menakutkan manusia.
Masalah residu ini, terutama terdapat pada tanaman sayur-sayuran seperti
kubis, tomat, petsai, bawang, cabai, anggur dan lain-lainnya. Sebab jenis-jenis
tersebut umumnya disemprot secara rutin dengan frekuensi penyemprotan yang
tinggi, bisa sepuluh sampai lima belas kali dalam semusim. Bahkan beberapa hari
menjelang panenpun, masih dilakukan aplikasi pestisida. Publikasi ilmiah pernah
melaporkan dalam jaringan tubuh bayi yang dilahirkan seorang Ibu
yang secara rutin mengkonsumsi sayuran yang disemprot pestisida, terdapat
kelainan genetik yang berpotensi menyebabkan bayi tersebut cacat tubuh
sekaligus cacat mental.
Penggunaan
pestisida dalam produksi buah dan sayur tidak dapat dihindarkan. Hal ini
dilakukan agar gagal panen dapat direduksi dan petani tetap meraih keuntungan
maksimal. Dampak negatip dari aktivitas ini adalah
·
buah dan sayur masih mengandung pestisida, pertanian
dengan input luar rendah dan system sangat efektif.
·
ekosistem di lahan pertanian tercemar,
·
ekosistem perairan di danau Buyan tercemar
Proses
bioremediasi secara ex situ untuk lahan yang luas menjadi kendala, kendala
utama adalah tidak mungkin mengangkut tanah dalam jumlah ratusan ton ke
laboratorium, sehingga pemberian kompos ke lahan lebih memungkinkan. Hasil yang
ditargetkan adalah model proses bioremediasi menggunakan kompos untuk
menurunkan tingkat pencemaran lahan pertanian yang disemprot pestisida Dithane
M-25 sebagai upaya mempertahankan sistem pertanian organic berkelanjutan
(sustainable organic farming system) dan hortikultura yang berkualitas
Pemupukan lahan pertanian menggunakan kompos menurut Reijntjes et al. (1999)
merupakan pengembangan system Penyemprotan pestisida pada tanaman
hortikultura sawi, wortel, tomat, stroberi dan cabai pada lahan tidak dipupuk
kompos menunjukkan bahwa residu lebih lambat teremediasi dibandingkan dengan
residu pestisida pada lahan yang dipupuk dengan kompos.
b.
Dampak pestisida pada ekosistem tanaman perkebunan
perakaran dangkal (kakao, kapas dan lada).
Hortikultura
merupakan komoditas unggulan, khususnya dipulau Jawa karena ditunjang oleh
kondisi lingkungan(lahan dan iklim) yang menunjang dibeberapa lokasi, sebagian
masyarakat yang sudah mengenalnya dengan baik, potensi sumberdaya manusia yang
belum dimanfaatkan secara optimal serta peluang pasar domestic dan internasional
yang sangat besar.
Usaha
agribisnis hortikultura (buah-buahan, sayuran, florikultura dan tanaman obat)
merupakan sumber pendapatan tunai bagi masyarakat dan petani skala kecil,
menengah dan besar dengan keunggulan berupa: nilai jualnya yang tinggi,
jenisnya beragam, tersedianya sumber daya lahan dan teknologi, sertapotensi
serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat
Karakteristik lahan di sentra produksi hortikultura umumnya:
·
Jenis tanah bersifat gembur, drainase baik, mudah
diolah tetapi cenderung mudah tererosi
·
Pengelolaan hortikultura dilakukan dari tingkat rendah
hingga intensif
·
Pengolahan lahan dilakukan intensif sehingga cenderung
meningkatkan tingkat erosi
·
Pemupukkan dan pestisida dilakukan secara intensif
karena mengejar produktivitas yang tinggi sehingga cenderung tidak berimbang
dan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Namun apabila input seadanya,
maka produksi dan kualitas menjadi rendah.
·
Efisiensi pemupukkan rendah
Kadang-kadang para petani atau
pekerja perkebunan, kurang menyadari daya racun pestisida, sehingga dalam
melakukan penyimpanan dan penggunaannya tidak memperhatikan segi-segi
keselamatan. Pestisida sering ditempatkan sembarangan, dan saat menyemprot
sering tidak menggunakan pelindung, misalnya tanpa kaos tangan dari plastik,
tanpa baju lengan panjang, dan tidak mengenakan masker penutup mulut dan
hidung. Juga cara penyemprotannya sering tidak memperhatikan arah angin,
sehingga cairan semprot mengenai tubuhnya. Bahkan kadang-kadang wadah tempat
pestisida digunakan sebagai tempat minum, atau dibuang di sembarang tempat.
Kecerobohan yang lain, penggunaan dosis aplikasi sering tidak
sesuai anjuran. Dosis dan konsentrasi yang dipakai kadang-kadang ditingkatkan
hingga melampaui batas yang disarankan, dengan alasan dosis yang rendah tidak
mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman.
3. Dampak
pestisida terhadap kesehatan manusia
Pada umumnya pestisida, terutama
pestisida sintesis adalah biosida yang tidak saja bersifat racun terhadap jasad
pengganggu sasaran. Tetapi juga dapat bersifat racun terhadap manusia dan jasad
bukan target termasuk tanaman, ternak dan organisme berguna lainnya.
Apabila penggunaan pestisida tanpa
diimbangi dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering
berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi
kesehatannya. Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu
digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan.
Kecelakaan akibat pestisida
pada manusia sering terjadi, terutama dialami oleh orang yang langsung
melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika
sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair,
kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka, kejang-kejang, pingsan, dan
tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian. Kejadian tersebut umumnya
disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja dan kurangnya
kesadaran bahwa pestisida adalah racun
Kadang-kadang para petani atau
pekerja perkebunan, kurang menyadari daya racun pestisida, sehingga dalam
melakukan penyimpanan dan penggunaannya tidak memperhatikan segi-segi
keselamatan. Pestisida sering ditempatkan sembarangan, dan saat menyemprot
sering tidak menggunakan pelindung, misalnya tanpa kaos tangan dari plastik,
tanpa baju lengan panjang, dan tidak mengenakan masker penutup mulut dan
hidung. Juga cara penyemprotannya sering tidak memperhatikan arah angin,
sehingga cairan semprot mengenai tubuhnya. Bahkan kadang-kadang wadah tempat
pestisida digunakan sebagai tempat minum, atau dibuang di sembarang tempat.
Kecerobohan yang lain, penggunaan dosis aplikasi sering tidak
sesuai anjuran. Dosis dan konsentrasi yang dipakai kadang-kadang ditingkatkan
hingga melampaui batas yang disarankan, dengan alasan dosis yang rendah tidak
mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman.
Secara tidak sengaja, pestisida
dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut, kulit, dan pernafasan.
Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam tubuh
seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan
kronis. Seseorang yang menderita keracunan kronis, ketahuan setelah
selang waktu yang lama, setelah berbulan atau bertahun. Keracunan kronis
akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun dapat bersifat karsiogenic
(pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenic (kerusakan
genetik untuk generasi yang akan datang), dan teratogenic (kelahiran
anak cacad dari ibu yang keracunan).
Pestisida dalam bentuk gas merupakan
pestisida yang paling berbahaya bagi pernafasan, sedangkan yang berbentuk
cairan sangat berbahaya bagi kulit, karena dapat masuk ke dalam
jaringan tubuh melalui ruang pori kulit. Menurut World Health Organization (WHO),
paling tidak 20.000 orang per tahun, mati akibat keracunan pestisida.
Diperkirakan 5.000 – 10.000 orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal,
seperti mengalami penyakit kanker, cacat tubuh, kemandulan dan penyakit liver.
Tragedi Bhopal di India pada bulan Desember 1984 merupakan peringatan keras
untuk produksi pestisida sintesis. Saat itu, bahan kimia metil isosianat
telah bocor dari pabrik Union Carbide yang memproduksi pestisida sintesis
(Sevin). Tragedi itu menewaskan lebih dari 2.000 orang dan mengakibatkan lebih
dari 50.000 orang dirawat akibat keracunan. Kejadian ini merupakan musibah
terburuk dalam sejarah produksi pestisida sintesis.
Selain keracunan
langsung, dampak negatif pestisida bisa mempengaruhi kesehatan orang awam
yang bukan petani, atau orang yang sama sekali tidak berhubungan dengan
pestisida. Kemungkinan ini bisa terjadi akibat sisa racun (residu)
pestisida yang ada didalam tanaman atau bagian tanaman yang
dikonsumsi manusia sebagai bahan makanan. Konsumen yang mengkonsumsi produk
tersebut, tanpa sadar telah kemasukan racun pestisida melalui hidangan makanan
yang dikonsumsi setiap hari. Apabila jenis pestisida mempunyai residu
terlalu tinggi pada tanaman, maka akan membahayakan manusia atau ternak yang
mengkonsumsi tanaman tersebut. Makin tinggi residu, makin berbahaya bagi
konsumen.
Pestisida sebagai bahan beracun,
termasuk bahan pencemar yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Pencemaran dapat terjadi karena pestisida menyebar melalui angin, melalui
aliran air dan terbawa melalui tubuh organisme yang dikenainya. Residu
pestisida sintesis sangat sulit terurai secara alami. Bahkan untuk beberapa
jenis pestisida, residunya dapat bertahan hingga puluhan tahun. Dari beberapa
hasil monitoring residu yang dilaksanakan, diketahui bahwa saat ini
residu pestisida hampir ditemukan di setiap tempat lingkungan sekitar kita.
Kondisi ini secara tidak langsung dapat menyebabkan pengaruh negatif
terhadap organisma bukan sasaran. Oleh karena sifatnya yang beracun serta
relatif persisten di lingkungan, maka residu yang ditinggalkan pada lingkungan
menjadi masalah.
Efek racun bahan kimia atas
organ-organ tertentu dan sistem tubuh:
·
Paru-paru dan sistem pernafasan
Efek jangka
panjang terutama disebabkan iritasi (menyebabkan bronkhitis atau pneumonitis).
Pada kejadian luka bakar, bahan kimia dalam paru-paru yang dapat menyebabkan
udema pulmoner (paru-paru berisi air), dan dapat berakibat fatal. Sebagian
bahan kimia dapat mensensitisasi atau menimbulkan reaksi alergik dalam saluran nafas
yang selanjutnya dapat menimbulkan bunyi sewaktu menarik nafas, dan nafas
pendek. Kondisi jangka panjang (kronis) akan terjadi penimbunan debu bahan
kimia pada jaringan paru-paru sehingga akan terjadi fibrosis atau
pneumokoniosis.
·
Hati
Bahan kimia
yang dapat mempengaruhi hati disebut hipotoksik. Kebanyakan bahan kimia
menggalami metabolisme dalam hati dan olehkarenanya maka banyak bahan kimia
yang berpotensi merusak sel-sel hati. Efek bahan kimia jangka pendek
terhadap hati dapat menyebabkan inflamasi sel-sel (hepatitis kimia), nekrosis
(kematian sel), dan penyakit kuning. Sedangkan efek jangka panjang berupa
sirosis hati dari kankerhati.
·
Ginjal dan saluran kencing
Bahan kimia
yang dapat merusak ginjal disebut nefrotoksin. Efek bahan kimia terhadap ginjal
meliputi gagal ginjal sekonyong-konyong (gagal ginjal akut), gagal ginjal
kronik dan kanker ginjal atau kanker kandung kemih.
·
Sistem syaraf
Bahan kimia
yang dapat menyerang syaraf disebut neurotoksin. Pemaparan terhadap bahan
kimia tertentu dapat memperlambat fungsi otak. Gejala-gejala yang diperoleh
adalah mengantuk dari hilangnya kewaspadaan yang akhirnya diikuti oleh
hilangnya kesadaran karena bahan kimia tersebut menekan sistem syaraf pusat.
Bahan kimia yang dapat meracuni sistem enzim yang menuju ke syaraf adalah
pestisida. Akibat dari efek toksik pestisida ini dapat menimbulkan kejang otot
dan paralisis (lurnpuh). Di samping itu ada bahan kimia lain yang dapat
secaraperlahan meracuni syaraf yang tangan dan kaki serta
mengakibatkan mati rasa dan kelelahan.
·
Darah dan sumsum tulang
Sejumlah
bahan kimia seperti arsin, benzen dapat merusak sel-seld arah merah yang
menyebabkan anemia hemolitik. Bahan kimia lain dapat merusak sumsum tulang dan
organ lain tempat pembuatan sel-sel darah atau dapat menimbulkan kanker darah.
·
Jantung dan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler)
Sejumlah
pelarut seperti trikloroetilena dan gas yang dapat menyebabkan gangguan fatal
terhadap ritme jantung. Bahan kimia lain seperti karbon disulfida dapat
menyebabkan peningkatan penyakit pembuluh darah yang dapat menimbulkan serangan
jantung.
·
Kulit
Banyak bahan
kimia bersifat iritan yang dapat menyebabkan dermatitis atau dapat menyebabkan
sensitisasi kulit dan alergi. Bahan kimia lain dapat menimbulkan jerawat,
hilangnya pigmen (vitiligo), mengakibatkan kepekaan terhadap sinar matahari
atau kanker kulit.
·
Sistem reproduksi
Banyak bahan
kimia bersifat teratogenik dan mutagenik terhadap sel kuman dalam percobaan.
Disamping itu ada beberapa bahan kimia yang secara langsung dapat mempengaruhi
ovarium dan testis yang mengakibatkan gangguan menstruasi dan fungsi seksual.
·
Sistem yang lain
Bahan kimia
dapat pula menyerang sistem kekebalan, tulang, otot dan kelenjar tertentu
seperti kelenjar tiroid. Petani yang terpapar pestisida akan mengakibatkan
peningkatan fungsi hati sebagai salah satu tanda toksisitas, terjadinya
kelainan hematologik, meningkatkan kadar SGOT dan SGPT dalam darah juga dapat
meningkatkan kadar ureum dalam darah.
4.
Dampak pestisida terhadap keadaan populasi hama,
populasi patogen dan populasi musuh alami pada ekosistem pertanian
a. Dampak
pestisida terhadap keadaan populasi hama
Penggunaan
pestisida dan pupuk kimia menjadi hal yang penting dalam dunia
pertanian saat ini, namun ternyata penggunaan yang berlangsung secara terus
menerus dan dalam dosis yang tinggi akhirnya penggunaan bahan kimia tidak lagi
memberikan solusi peningkatan hasil-hasil pertanian. Hal ini disebabkan
karena hama dan penyebab penyakit justru menjadi lebih tahan ( resisten )
terhadap penggunaan bahan kimia tersebut
Penerapan
konsep revolusi hijau (”Green revolution”) yang pada awalnya,
usaha ini dapat memberikan hasil pertanian yang memuaskan, namun beberapa
beberapa saat kemudian justru terlihat gejala-gejala negatif mempengaruhi
konsep pertanian tersebut. Konsep revolusi hijau memang menawarkan penggunaan
Varietas Hybrida yang berpotensi hasil tinggi dan lebih genjah dibandingkan
varietas lokal,namun disayangkan penggunaan varietas ini, perlu diiringi dengan
penggunaan pupuk kimia dengan dosis tinggi demikian juga ketahanan tanaman
terhadap serangan hama dan penyakit relatif lebih lemah sehingga diperlukan
tehnik pengendalian hama yang lebih intensif pula . Secara umum Efek
negatif dari pestisida ,saat ini telah terasa antara lain berupa :
·
Resistensi/kekebalan, hama dan penyakit
·
Timbulnya hama hama baru,yang awalnya bukan merupakan
hama utama sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan populasi hama dan
patogen sekunder
5. Dampak Limbah Industri Kimia
a. Dampak terhadap kesehatan
Dampaknya
yaitu dapat menebabkan atau menimbulkan panyakit. Potensi bahaya kesehatan yang
dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
1)
Penyakit diare dan tikus, penyakit ini terjadi karena
virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat
2)
Penyakit kulit misalnya kudis dan kurap
b. Dampak terhadap lingkungan
Cairan dari
limbah–limbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan airnya sehingga mengandung
virus-virus penyakit. Berbagai ikan dapat mati sehingga mungkin lama kelamaan
akan punah. Tidak jarang manusia juga mengkonsumsi atau menggunakan air untuk
kegiatan sehari-hari, sehingga menusia akan terkena dampak limbah baik secara
langsung maupun tidak langsung. Selain mencemari, air lingkungan juga
menimbulkan banjir karena banyak orang-orang yang membuang limbah rumah
tanggake sungai, sehingga pintu air mampet dan pada waktu musim hujan air tidak
dapat mengalir dan air naik menggenangi rumah-rumah penduduk, sehingga dapat
meresahkan para penduduk.
6. Penanganan Limbah Industri
a)
Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumbernya,
Kegiatan ini
dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik dan anorganik
dengan menyediakan tempat sampah organik dan anorganik disetiap kawasan.
b)
Pemanfaatan Kembali
§ Kegiatan
pemanfaatan sampah kembali seperti composting (pengomposan). Sampah yang mudah
membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk
melestarikan lingkungan.
§ Pemanfaatan
sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pemanfaatan kembali secara langsung,
misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang bekas, atau kertas
daur ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya
menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas
dan botol air minum dalam kemasan.
c.
Tempat Pembuangan Sampah Akhir
Sisa sampah
yang tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik dari kegiatan composting
maupun pemanfaatan sampah anorganik, jumlahnya mencapai ± 10%, harus dibuang ke
Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari permasalahan di atas dapat di
simpulkan bahwa sisa hasil produksi pengolahan baik dari industri maupun
dosmetik yang tidak dapat di gunakan lagi dapat berakibat limbah atau sampah
sehingga dapat merusak lngkungan sekitar juga berakibat bagi kesehatan manusia.
Sedangkan dari segi ekonmis ternyata limbah masih
dapat digunakan kembali atau di daur ulang sebagai bahan baku untuk keperluan
domestik.
DAFTAR PUSTAKA
https://herawan12.wordpress.com/limbah/
Hidayat Natawigena dan G. Satari. 1981. Kecenderungan
Penggunaan Pupuk dan Pestisida dalam Intensifikasi Pertanian dan Dampak
Potensialnya Terhadap Lingkungan.
Unpad Bandung.
Oka, Ida Nyoman. 1995. Pengendalian Hama Terpadu
dan Implementasinya di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Anonim,2011.http://agrotekumpar.blogspot.com/2011/06/dampak-penggunaan-pestisida.html